Belajar Lagi di Usia Tua?
Masih ingat sekali sewaktu SMA dulu saat mengikuti kelas kursus di salah satu lembaga Bahasa Inggris, saya pernah bertemy dengan dua orang spesial di salah satu sesi ujian kenaikan tingkat kami; nenek tua berambut abu-abu dengan usia mungkin 55-60 tahun dan satu lagi seorang pria berkebutuhan khusus yang harus di gendong-gendong karena tidak bisa jalan.Walau hanya sekali bertemu, kenangan itu tidak bisa saya lupakan. Menjadi inspirsi dan seangat saya bahwa belajar tidak mengenal usia dan tidak perlu takut akan hal apapun jika memang tekad di dalam jiwa masih sangat membara. Sama juga seperti kisah Beethoven yang tiba-tiba tuli di usia dia yang sudah semakin tua, tetapi masih bisa menghasilkan karya-karyanya yang masterpiece, Vincent Van Gogh contoh lainnya yang merupakan salah satu seniman late blooomer dengan lukisan pertama dia yang terkenal The Potato Eaters (1885) saat dia berusia 32 tahun. Ya, belajar itu tidak ada kata terlambat, itu intinya.
Tapi kenyataanya saat dijalani tidak semudah yang saya bayangkan. Selama kehamilan kedua ini saya mulai lagi belajar dari nol tentang Art, belajar menggambar dan melukis di media kertas ataupun elektronik. Kesukaan saya di bidang seni sebenarnya sudah ada semenjak saya kecil, masih ingat juga semua buku gambar saya dibagi-bagikan ke teman-teman karena mereka minta untuk hadiah kenaikan kelas, pernah juga juara lomba menggambar tingkat kecamatan karena dipaksa dari sekolah. Singkat cerita semuanya berhenti saat saya memasuki sekolah menengah pertama, dan kegemaran itu saya tidak tekuni sehingga saya berubah haluan menjadi ahli bahasa. Lalu di usia saya yang tidak muda lagi ini, tiba-tiba ketertarikan saya di dunia menggambar dan melukis kembali mencuak lagi saat saya berada dalam lingkungan seni kembali, belum lagi karena tanggung jawab saya sebagai asisten guru seni untuk anak-anak jenjang TK, jadilah saya berusaha kembali memanggil hasrat dan jiwa itu. Kesulitan ini dan itu timbul, ternyata tidak semudah yang saya bayangkan, belum lagi rintangan dari persepsi melihat karya seniman Indonesia yang sudah keren dan memiliki ciri khas mereka sendiri, sampai saya bertanya dalam hati: "Saya maunya apa sih?"
Di ulang tahun ke +1 kemarin saya dihadiahi suami perangkat elektronik yang disebut Wacom. Tangan saya masih kaku sekali menggunakannya, padahal dulu gambar di Paint pakai mouse aja saya bisa (waktu SMP, red). Ahh, memang sepertinya saya harus menggali lebih dalam lagi darah seni yang sudah saya hampir tinggalkan ini, semoga saja masih bisa di gali ya? dan apakah saya termasuk late bloomer seniman Indonesia? hehe.. Mari kita aminkan bersama.
MJ suka intrupsi kalau mamanya lagi gambar dan minta dibikinin gambar-gambar yang dia mau.. :P
0 comments: