Stella Sutjiadi : Ibu Pembelajar

8:37:00 PM hanny arianty gultom 0 Comments

Tidak terasa ya sudah dua bulan lebih program work from home ini berjalan  dan tidak terasa pula anak saya MJ sudah memasuki minggu ke 9 belajar dari rumah. Setiap minggu MJ akan selalu diberikan lesson plan dari sekolahnya, isinya berupa materi apa yang akan diajarkan setiap hari berikut soal soal yang harus dikerjakan. Jujur walau saya guru, tidak mudah mengajari anak sendiri. Mungkin konsep saya mengenai pendidikan bisa diterapkan, tapi kesabaran saya tidak bisa diadaptasikan.. :), karena sepertinya anak saya lebih mudah mendengarkan gurunya ketimbang saya, begitu pula mungkin beberapa anak murid saya lebih mudah mendengarkan saya ketimbang orang tua mereka.:) Oleh karena itu saya amazed banget sama ibu ibu yang sebelum pandemi ini ada pun sudah mengajari anak anaknya full di rumah, karena percayalah itu tidak mudah!
Salah satu Ibu yang saya kagumi namanya Mba Stella Sutjiadi, Ibu dari dua anak perempuan ini, Daffa (8) dan Laluna (4), menceritakan keseharian mereka dalam setiap postingan yang ada di media sosial Instagram. Dalam postingan tersebut mba Stella sering mensharingkan bagaimana Ia memfasilitasi anak anaknya belajar, dari akademis sampai non akademis, dari membaca, menulis sampai belajar musik dan seni. Kegiatan yang mereka lakukan sangatlah beragam dan terlihat kesiapan mba Stella dari segi materi yang Ia akan ajarkan ke anak anaknya. 

Setelah memberikan 5 pertanyaan ke mba Stella dan membaca penjelasan yang dia berikan, menurut saya mba Stella adalah tipe Ibu yang jujur, apa adanya dan tidak menjudge dan merasa metode or pilihan yang dia jalani benar. Dalam dunia parenting or motherhood yang "keras" ini, tidak sedikit yang merasa metode mereka lebih baik dari yang lain atau merasa paling benar dan hebat.  Saya percaya semua metode yang di adaptasikan itu mempunyai background dari keluarga masing masing yang tidak kita ketahui, begitu pula lingkungan ataupun sejarah keluarga yang terbentuk. Jadi balik lagi, membangun keluarga dan bagaimana menjalaninya adalah mutlak pilihan masing asing individu, tetapi itu semua balik ke pribadi masing masing dan seberapa besar tanggung jawab kita ke anak anak yang sudah dititipkan ke kita.

Langsung aja yuk di simak interview singkat saya bersama dengan Mba Stella Sutjiadi. Semoga bermanfaat!

1. Mba Stella, sebelum Pandemi ini mba Stella sudah menerapkan Pembelajaran Home Learning ke anak anak Mba Stella di rumah, kalau boleh tau, apa saja sih yg dibutuhkan ibu ibu untuk mempersiapkan anaknya benar benar belajar di rumah? boleh share sedikit tipsnya…

Menurut aku harus dari yg paling dasarnya dulu yaitu menyamakan persepsi ttg proses belajar itu sendiri. Bahwa belajar bukan melulu berarti pergi ke sekolah. Bahwa belajar adalah sebuah ‘proses’ bukan sebuah ‘tempat’. Karena seringkali buat mereka yg terbiasa belajar di sekolah formal terlanjur mengkotakkan bahwa ‘belajar itu di sekolah sedangkan di rumah bukan untuk belajar’. Aku tidak bilang semua ya..tp sebagian besar demikian. Tujuannya supaya mindsetnya sama dulu bahwa belajar tidak tergantung tempat jd bisa dimana saja dan kapan saja. Rumah pun tempat kita belajar. :) Lebih dalam lagi, maka ditanamkan pemahaman bahwa setiap saat itu sebenarnya adalah kesempatan kita buat belajar. Goalnya adalah sama2 meyakini bahwa belajar adalah kebutuhan diri bukan sekedar kewajiban mengejar nilai semata. Tapi kebutuhan kita buat mengembangkan diri. Kalau sudah paham pengertian dasar serta tujuannya, harapannya kemudian akan muncul semangat serta inisiatif untuk belajar itu sendiri. :)
Tentu saja semua harus disampaikan dg bahasa yg disesuaikan dg usia dan kemampuan pemahaman masing2 anak ya. :)

2.Memang seorang Ibu itu harus berkorban, dan semua pengorbanan kita tidak ada yang sia sia, apalagi saat melihat anak anak kita berkembang dan bertumbuh menjadi pribadi yang utuh. Bagaimana menurut Mba Stella “pengorbanan” seorang Ibu?

Saya memilih tidak memandang dan merasa ini sebagai sebuah ‘pengorbanan’. Bukan berarti saya bilang siapapun yg memandangnya demikian adalah salah. Ini pendapat saya pribadi mudah2an ada yg sepaham. Buat saya kata ‘pengorbanan’ berat artinya dan akan membuat saya pun merasa ‘berat menjalaninya’ apapun itu. Lagi-lagi pendapat ini sangat pribadi. Saya lebih memilih untuk memupuk kesadaran bahwa sejak awal menjadi ibu adalah pilihan saya, memiliki anak adalah keputusan yg saya buat secara sadar. Maka semua yg saya lakukan saat ini seberat apapun itu adalah bagian dari tanggung jawab saya menjalani keputusan saya tsb. :) Dan ternyata saat saya menanamkan pola pikir demikian, semuanya jd terasa lebih mengalir ringan. Rasa capek tentu ada, tapi saat sadar itu telah tumbuh, semua yg dijalani menjadi terasa wajar dan baik-baik saja. Jadi bukan tentang pengorbanan tapi tentang tanggung jawab pada keputusan yg telah saya ambil sendiri dan rasa syukur atas jawaban dari doa saya sendiri. :) Jadi tips saya : coba gali lagi apa dan kenapa sejak awal kita dan pasangan memutuskan untuk memiliki anak. :) Apa tujuan awalnya dan apa goal akhir dari membesarkan anak kita ini? :)

3. Sebagai seorang ibu yang Full time job, bagaimana mba Stella menyeimbangkan kehidupan Mba Stella, seperti apakah mba Stella punya “Me Time”? Atau bagaimana pendapat Mba Stella tentang “Me Time”nya seorang ibu.

‘Me time’ hmm..saya share sedikit pendapat dari seorang ahli parenting yg sangat saya kagumi. Saat beliau ditanya demikian, beliau jawab kira2 begini “apa sebenarnya konteks me time yg ditanyakan? Apakah kalau ada istilah ‘me time’ maka sisa wkt diluar itu artinya ‘not my time’? Siapa yg memilih memiliki rumah ini? Saya. Maka saat saya bekerja membersihkannya, itu adalah ‘me time’ saya. Siapa yg memilih memiliki anak? Saya. Maka saat saya sibuk memandikannya, menemaninya belajar, bahkan menc*b*kinya (maaf ya..) itu adalah ‘me time’ saya.” Sampai sebelum saya mendengar ucapan ini dari beliau saya masih kesulitan sendiri menyimpulkan apa me time saya. Saya masih sempat ‘mengkotak2an’ me time saya misalnya saat di pagi hari saya sendiri, atau saat saya punya wkt luang membaca buku sendirian, atau saat sesekali saya bisa pergi sendirian. Tapi...saat saya mendengar itu, saya langsung merasa, hei, Inilah konsep me time yg cocok ternyata dg hati saya. Ya. Semua itu adalah ‘me time’ saat itu adalah pilihan kita yg kita pilih secara sadar maka semua kegiatan yg berkaitan dengannya harusnya masuk dalam bagian ‘me time’ saya. :)

4. Bagaimana Mba Stella menerapkan kedisiplinan ke anak anak? 

Aku menerapkan disiplin dg dasar ‘cinta yg berpikir’ (mengutip judul buku karangan mba Ellen Kristi) :) cinta yg tidak hanya dilandaskan pada rasa sayang semata tp jg pada kesadaran menegakan nilai-nilai kebenaran untuk kebaikan. Kebenaran yg landasannya hanya 3 : hukum negara, agama dan sosial. :)

5. Bagaimana pendapat mba Stella tentang pendidikan di Indonesia? dan alasan utama mba Stella memilih home schooling? 

Kalau menilai pendidikan di Indonesia rasanya aku belum pantas memberikan penilaian disini mba. Karena aku ngga mendalami ttg pendidikan di Indonesia saat ini secara menyeluruh. Hanya tau sebatas pengalaman masa lalu aku jg suami yg aku yakin dg banyaknya pilihan sekolah saat ini pasti sudah ada/mungkin bahkan banyak perubahannya/kemajuannya.

Aku hanya bisa menjawab alasan kami memilih homeshcooling. Sebenarnya alasannya ada banyaaak sekali. Tapi semoga 5 alasan ini bisa mewakili :
  • 1. Dengan hs anak2 punya banyak keleluasaan waktu untuk mengembangkan minat dan bakat yg telah dititipkan pada mereka yg unik dan berbeda-beda.
  • 2. Karena saya dan suami sepakat bahwa sekolah formal itu bukan sebuah kewajiban dan proses belajar bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.
  • 3. Karena aku ada di rumah setiap saat sehingga aku sadar aku punya wkt cukup untuk mendampingi anak-anak belajar.
  • 4. Karena aku percaya bahwa untuk menjadi guru2 anak2 aku tidak wajib sangat pintar hanya wajib untuk mau terus belajar. :)


You Might Also Like

0 comments: