Golda Regina Purba : A Soulful Teacher

2:27:00 AM hanny arianty gultom 2 Comments

This week Inspiring People is my nowhere friend, Golda Regina Purba. Happened to see her pictures with her students in Papua, made me wonder how this 23-year-old girl,a teacher as well as the owner of Rumah Kita, spend her life there. She also documented her journey on a blog --> here.


Kenalin dong sedikit tentang diri kamu.
Halo, nama aku Golda Purba. 23 tahun, anak ke-3 dari 4 bersaudara. Lahir dan besar di Medan. Pindah ke Karawaci - Tangerang untuk kuliah selama 4 tahun, lalu sekarang melayani di Sentani-Papua sebagai guru kelas 1 SD. Di waktu senggang aku suka menulis untuk blog juga menulis surat dan kartu pos untuk dikirimkan ke sahabat pena aku baik dalam maupun luar negeri. Tapi dalam waktu yang singkat pun, tetap berkabar dengan orang tua di Medan, karena anaknya tidak terlalu kuat untuk bisa menahan rindu, haha.


Kenapa bisa mengajar di Papua? 
Bisa mengajar di Papua karena tuntutan program beasiswa yang aku jalani semasa kuliah dulu. Salah satu bentuk kompensasi baliknya yaitu bersedia di tempatkan di sekolah mana saja oleh yayasan pemberi beasiswa. Hmm, waktu selesai wawancara penempatan, yakin 50% aja bakal di Papua. Sempat percaya diri 100%nya sih ke Kupang walaupun dalam wawancara itu ngga nyebutin kota manapun. Kemarin aku hanya bilang, "Kalau dekat, dekat sekalian dengan Medan. Kalau jauh, ya jauh aja sekalian." Ngga nyangka kalau jauhnya, memang jauh banget. Untungnya belum sampai harus pakai paspor sih, hehehe.

Apa sih Visi dan Misi kamu berada di sana?
Visi saya hidup untuk memuliakan Tuhan. Misi hidup saya adalah membagikan apa yang Tuhan sudah beri dalam hidup saya agar bisa menjadi berkat buat orang lain. Salah satunya adalah lewat Rumah Kita.

Bisa ceritain gak anak - anak yang kamu ajar di sana?
Bisa banget! Hehe. Anak- anak di sini sangat menghargai guru sekali. Gimana sih rasanya dipanggil dengan lengkap "Ibu guru Golda" daripada hanya sekedar Ibu atau Ms/Mr. Rasanta adem-adem gimana gitu, susah diungkapkan dengan kata-kata. Dan ucapan itu tulus banget dari hati mereka. Sebagai guru kita pasti paham mana yang keluar dari hari mana yang hanya karena terpaksa. Di sini (papling tidak yang aku alami sendiri) hubungan antara guru dan murid itu udah kayak keluarga tapi tetap dalam batasannya. Jadi, anak-anak juga tidak bertindak sesukanya hanya karena merasa sudah "dekat". Dan karena anak-anak di sini tidak hidup dengan gadget (tapi bukan berarti mereka gaptek), jadi mereka benar-benar  masih polos. Polos banget sampai kadang udah di atas pohon aja untuk ambil sirsak atau giawas (jambu). Tidak pilih-pilih makanan (ini penting, hehe). Aku terharu sekaligus bangga banget sama anak-anak asli Papua atau dari luar Papua yang warna kulitnya benar-benar kontras berbeda tapi mereka kompak banget.Aku ga pernah sih dengar keluhan mereka saling menyalahkan suku sama lain. Pertemanan mereka asyik bgt, tulus dan gak neko-neko. Anak-anak di sini pemberani. Tangkap kecoa? ketika aku udah teriak sambil lari kebirit-birit, mereka dengan santai dan mudahnya tangkap itu. Asli, gagal move on saya dengan mereka.





Berapa lama di sana? dan apa yang bikin kamu balik ke sana?
Kalau sesuai kontrak penempatan sih di sini akan 3 tahun, berarti 2018 kontrak saya berakhir. Yang bikin balik salah satunya pasti karena community service yang aku dirikan Selain itu, "keluarga" di sini yang nggak bakal bisa dilupain dan selalu ada rindu untuk mereka. :)

Rumah Kita itu apa dan untuk apa?
Rumah Kita itu pelayanan pendidikan informal yang aku dirikan bersama dengan kepala sekolah tempat aku mengajar. Alasan awalnya sih karena kita udah ngga tahu gimana caranya "mengusir" anak-anak kompleks yang datang ke sekolahan yang lama-lama mulai merusak berbagai fasilitas sekolah. Kita mau bina hubungan yang baik dengan mereka dan kita pikir dengan membentuk rumah belajar ini bisa pelan-pelan merubah karakter mereka jadi lebih baik dan juga menambah wawasan mereka. Selain itu kita juga rindu anak-anak asli Papua (maupun yang besar di Papua) bisa berbahasa Inggris karena di sini tidak banyak kursus bahasa Inggris. Kalaupun ada, tempatnya jauh dan biayanya mahal. Pemerintah Papua banyak banget memberikan beasiswa ke luar negeri untuk putra/putri Papua, hanya saja mereka tidak difasilitasi dari dini. Dan kita juga mau anak-anak Papua sadar bahwa pendidikan itu penting dan mereka lah nantinya yang akan bangun Papua itu sendiri.





Apa sih yang perlu anak - anak muda Jakarta tahu tentang anak-anak Papua?
Anak-anak Papua terlihat keras di luar, tapi di dalam ramhanya bukan main. Anak - anak muda Papua ngga kalah pintar dan kreatif kok sama anak dari Jakarta.

Pengalaman yang paling mengharukan buat kamu?
Duh banyak. Selain semua interaksi dengan murid di sini mengharukan, tapi kalo dari sisi lain mungkin yang paling berbekas ketika waktu itu kecelakaan motor, orang mabuk sekalipun nolongin. Bahkan ketika di posisi sadar tidak sadar begitu, jiwa sosialnya kuat banget.

Motto hidup kamu apa?
Selalu mengucap syukur. Semua orang punya berkatnya masing-masing.

Dalam 1 kalimat, kamu mau dikenal menjadi orang yang seperti apa?
Takut akan TUhan dan turut dalam rencanaNya.




You Might Also Like

2 comments:

  1. Thanks for having me, Kak. Anyway, my blog has been moved to journalgolda.blogspot.com :)


    Blessings,
    Golda

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank youu.. Yeps, already edited the link Gold.. :)

      Love,
      Hunz

      Delete