Wanita Panggilan
1 x 24 Jam rangsangan induksi itu sudah berjalan dan air ketuban itu sudah mulai mengalir sedikit demi sedikit sehari sebelumnya. Menunggu dengan rasa sakit dan mulas semalaman, namun bukaan jalan kelahiran baru menandakan angka satu. Merintih kesakitan bukan tiada guna, indikasi kesakitan adalah sesuatu yang saya tunggu, kata-kata suster "Ayo mah, yang di cari kan rasa sakitnya kan biar si dede keluar." terus terngiang dan terpatri di hati saya. "Ayo hunz, kamu pasti bisa, tahan, semangat, semangat, semangatttt."
Mengontrol sakit dan mulas yang kata orang seperti sedang haid padahal tidak sama sekali ini, adalah satu-satunya hal yg bisa saya lakukan sambil menunggu, menunggu dan menunggu. Ruangan persalinan yg hanya memperbolehkan satu orang keluarga untuk ikut menemani saya membuat suami, kaka, mamah, ibu mertua yg dengan setia bergantian hadir di tengah kegundahan saya. Teringat siang itu, sambil ditemani iriangan lagu klasik tuan Mozzart, mamah mengelus2 punggung saya dan beberapa menit kemudian rasa mulas itu semakin menjadi-jadi lalu perasaan ingin buang air besar itu pun muncul. Saya teriak sekuat-kuatnya, sampai mamah pergi keluar meninggalkan saya tanpa tahu kenapa, sang suster dengan sangat santainya berlenggok dan berucap "bentar ya bu, saya check dulu, iya sudah bukaan 8, saya telpon dokternya dulu ya bu."
"susterrrr, saya harus gimana ini, saya mau pup susterr, susterr sakit susterr" (teriak)
"... " ( hening, tidak ada balasan sama sekali)
Beberapa menit kemudian dokter datang. Suami yg saat itu ikut mendampingi, memegang tangan saya, sambil mengecup kening saya dan memotivasi saya kalo saya pasti bisa. Setelah lebih dari 30 menit berjuang, dokter memutuskan untuk mengambil tindakan vakum karena nafas dan interval mulas saya yang pendek yg membuat sulitnya persalinan berjalan dengan lancar. Setelah bantuan vakum itu, anak saya lahir, dia berada di dada saya kurang lebih hanya 10 menit, bahkan sebelum sempat dia melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) sang suster memutuskan membawanya ke ruang perawatan bayi setelah melihat ada warna kebiruan di sekeliling mulutnya pertanda kurangnya oksigen.
Here goes the real story!
(to be continued)
0 comments: