Asi 1 Tahun

1:51:00 AM hanny arianty gultom 0 Comments


Saat saya sedang memerah asi di mushola wanita di sekolah saya, selesai sholat seorang ibu menyapa saya dan kita bercerita.

Saya "Iya bu, anak saya sudah mau satu tahun. cukup bu, gak berlebih juga."
Ibu : "Saya juga dulu asi saya melimpah, sampai saya harus donor asi ke orang lain, tapi saat anak saya usia 3 bulan saya di vonis kanker payudara stadium 3, saya harus berhenti mendonor asi dan saya fokus memompa sebanyak banyaknya asi saya untuk anak saya karena untuk persiapan kemoterapi saya. Pagi siang malam saya memompa sampai akhirnya cukup persediaan 3 bulan ke depan, ya walau harus di campur dengan formula dengan perbandingan 80/20 (kalau saya tidak salah ingat)." "Anak saya sekarang kelas 3, dan setiap dia berulang tahun, saya masih bersyukur dikasih umur panjang."

Semua ibu punya kondisinya masing-masing untuk masalah menyusui, masing-masing dari kami memiliki pengalaman yang berbeda tentang menyusui, tidak bisa disamakan, tidak bisa dipaksa untuk sama.

Bagi saya, pengalaman menyusui sampai 1 tahun adalah pengalaman yang mendewasakan. Karena butuh waktu, tenaga, pikiran dan semangat untuk melaluinya. Asi saya tidak melimpah, hanya cukup. Tetapi perjuangan menyelesaikan satu tahun full asi itu yang menumbuhkan kepercayaan diri, bahwa saya bisa. Pengalaman menyusui MJ sebelumnya yang hanya bisa 4 bulan full asi membuat saya sangat tertantang untuk meneruskan perjuangan asi ke Leica. Bagaimana saat itu saya harus menjaga makan saya, tidak boleh makan dan minum aneh-aneh karena memang sangat mempengaruhi pencernaan Leica, di minta untuk diet ketat hanya makan daging dan sayuran sewaktu Leica di indikasikan terkena alergy, di 'sinisi' dokter untuk memakan makanan yang sehat saja jangan ini itu "Gimana anaknya gak pupnya keras, ibunya blabla." Saat sedang sakit dan tidak enak badan, asi saya semakin berkurang dan hampir putus asa untuk langsung campur formula saja, namun kembali ngotot dan bersyukur karena masih di berikan produksi asi yang cukup membuat saya semangat lagi.

Dan setelah Leica satu tahun, walau saya masih tetap memompa (karena masih berproduksi) saya mencukupkan diri untuk menambahkan formula ke Leica. Jadi bukan biar keren, bukan biar dapat sertifikat S3, Profesor dan lain-lain, bukan jadi merasa diri hebat dari lainnya, atau diri kurang karena yang lain S3 dan blablabla. Tapi karena itu pilihan saya yang merupakan pilihan yang terbaik untuk anak saya. Tidak bisa dibandingkan, tidak bisa disamakan. Karena kembali ke cerita ibu tadi, bersyukurlah masih bisa menjadi ibu yang sehat dan bahagia untuk anak-anak kita.

Amin. :)

You Might Also Like

0 comments: